Zaman Praaksara

I. Pengertian dan Periodisasi

A. Pengertian

  • Praaksara: Berasal dari kata pra (sebelum) dan aksara (tulisan). Merupakan masa kehidupan manusia sebelum mengenal dan menggunakan tulisan.
  • Nirleka: Istilah lain dari praaksara, berasal dari kata nir (tidak ada) dan leka (tulisan).
  • Masa ini diselidiki oleh para sejarawan menggunakan metode ilmu Arkeologi (penelitian benda peninggalan) dan Paleoantropologi (penelitian fosil manusia purba).

B. Periodisasi (Pembabakan Waktu)

Zaman Praaksara dibagi berdasarkan dua pendekatan utama:

  1. Berdasarkan Geologi (Ilmu Bumi): Pembagian berdasarkan lapisan bumi dan umur batuan, mencakup era:
    • Azoikum: Belum ada kehidupan (sekitar $2.500$ juta tahun lalu).
    • Palaeozoikum: Mulai ada kehidupan sederhana (flora dan fauna mikroskopis).
    • Mesozoikum: Era dinosaurus.
    • Neozoikum: Era kehidupan baru, dibagi menjadi:
      • Tersier: Munculnya primata.
      • Kuarter: Mulai munculnya manusia purba. Masa inilah yang paling relevan dengan kehidupan praaksara manusia di Indonesia.
  2. Berdasarkan Arkeologi (Benda Peninggalan): Pembagian berdasarkan teknologi peralatan yang digunakan manusia purba. Ini adalah pembagian yang paling sering digunakan untuk mengkaji corak kehidupan manusia:
    • Zaman Batu (dibagi lagi menjadi Paleolitikum, Mesolitikum, Neolitikum, Megalitikum).
    • Zaman Logam (Perundagian).

II. Corak Kehidupan Manusia Praaksara Berdasarkan Arkeologi

1. Zaman Batu Tua (Paleolitikum)

  • Waktu: Sekitar $600.000$ tahun yang lalu.
  • Corak Kehidupan:
    • Nomaden: Hidup berpindah-pindah, mengikuti sumber makanan (hewan buruan).
    • Food Gathering (Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Sederhana): Belum menghasilkan makanan, hanya mengumpulkan dari alam.
    • Hidup Kelompok Kecil: Tinggal di padang rumput, tepi sungai, atau hutan.
  • Hasil Kebudayaan: Masih sangat kasar dan belum dihaluskan.
    • Kebudayaan Pacitan: Ditemukan di Pacitan (Jawa Timur) berupa Kapak Genggam (disebut juga chopper) dan Kapak Perimbas.
    • Kebudayaan Ngandong: Ditemukan di Ngandong (Ngawi, Jawa Timur) berupa peralatan dari tulang dan tanduk (seperti belati dan mata tombak).
  • Jenis Manusia Purba: Meganthropus Paleojavanicus, Pithecanthropus Erectus, Homo Soloensis.

2. Zaman Batu Tengah (Mesolitikum)

  • Waktu: Peralihan antara Paleolitikum dan Neolitikum.
  • Corak Kehidupan:
    • Semi-Sedenter: Mulai menetap sementara.
    • Food Gathering Tingkat Lanjut: Masih berburu, tetapi sudah mulai mencoba bercocok tanam sederhana (umbi-umbian).
    • Abris Sous Roche: Tempat tinggal di gua-gua (ceruk) yang tinggi dan kering.
    • Kjokkenmoddinger: Bukti tempat tinggal di tepi pantai berupa tumpukan sampah dapur (kulit kerang) yang membatu.
  • Hasil Kebudayaan: Alat batu sudah mulai diasah sedikit lebih halus.
    • Pebble Culture: Ditemukan di Sumatra, berupa Kapak Sumatra (batu kerakal yang dibelah).
    • Peralatan Tulang: Ditemukan di Abris Sous Roche.
    • Lukisan Dinding Gua: Berupa cap tangan dan gambar hewan, diyakini sebagai ritual atau sistem kepercayaan awal.
  • Jenis Manusia Purba: Homo Sapiens (termasuk Homo Wajakensis), yang merupakan cikal bakal ras-ras modern.

3. Zaman Batu Muda (Neolitikum)

  • Waktu: Sekitar $1.500$ SM hingga $500$ SM.
  • Corak Kehidupan:
    • Sedenter: Hidup menetap dan membentuk perkampungan.
    • Food Producing (Bercocok Tanam): Terjadi Revolusi Neolitikum di mana manusia sudah menghasilkan makanan sendiri (pertanian dan peternakan).
    • Gotong Royong: Kehidupan sosial lebih teratur, ada pembagian tugas.
    • Nenek Moyang: Kedatangan Proto Melayu dan Deutero Melayu (nenek moyang bangsa Indonesia).
  • Hasil Kebudayaan: Alat-alat batu sudah diasah halus dan memiliki fungsi khusus.
    • Kapak Persegi (Beliung Persegi): Ditemukan di Jawa, Sumatra, dan Kalimantan.
    • Kapak Lonjong: Ditemukan di Indonesia bagian timur (Papua dan Sulawesi).
    • Perhiasan: Gelang dan kalung dari batu.

4. Zaman Batu Besar (Megalitikum)

  • Waktu: Berkembang seiring dengan Neolitikum dan Logam.
  • Corak Kehidupan: Berkaitan erat dengan sistem kepercayaan dan pemujaan terhadap roh nenek moyang.
    • Animisme: Percaya bahwa setiap benda memiliki roh.
    • Dinamisme: Percaya bahwa benda-benda memiliki kekuatan gaib.
  • Hasil Kebudayaan: Bangunan-bangunan batu berukuran besar:
    • Menhir: Tugu batu untuk pemujaan roh nenek moyang.
    • Dolmen: Meja batu tempat sesaji.
    • Sarkofagus: Peti mati batu berbentuk lesung.
    • Punden Berundak: Bangunan batu bertingkat untuk pemujaan.
    • Arca Batu: Patung-patung dari batu.

5. Zaman Logam (Perundagian)

  • Waktu: Akhir masa praaksara.
  • Corak Kehidupan:
    • Spesialisasi Kerja: Muncul golongan Undagi (orang yang terampil membuat alat-alat logam).
    • Teknik Pengecoran Logam: Menguasai teknik Bivalve (cetakan setangkup) dan A Cire Perdue (cetakan lilin).
    • Perdagangan: Peningkatan pertukaran barang karena produksi yang lebih baik.
  • Hasil Kebudayaan: Alat-alat dari Perunggu dan Besi.
    • Perunggu:
      • Nekara dan Moko (genderang perunggu untuk upacara).
      • Kapak Corong (kapak sepatu).
      • Arca Perunggu dan perhiasan.
    • Besi: Mata tombak, pisau, dan alat pertanian.

III. Akhir Masa Praaksara

Masa Praaksara di Indonesia berakhir ketika masuknya pengaruh kebudayaan dari luar, khususnya dari India, yang membawa sistem keagamaan Hindu-Buddha dan penggunaan aksara (tulisan).

  • Titik Akhir: Ditandai dengan ditemukannya peninggalan tertulis paling tua di Indonesia, yaitu Prasasti Yupa di Kerajaan Kutai (Kalimantan Timur) pada abad ke-4 Masehi.
  • Implikasi: Sejak penemuan tulisan inilah, sejarah Indonesia memasuki periode Hindu-Buddha, yang merupakan awal dari masa kerajaan-kerajaan besar di Nusantara.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *