Analisis Geografi Sosial terhadap Komunitas Nelayan di Wonokerto, Kabupaten Pekalongan

Perubahan iklim telah menjadi tantangan global yang nyata, dengan dampak signifikan terhadap berbagai sektor kehidupan, termasuk sektor kelautan dan perikanan. Jurnal berjudul “Adaptasi Masyarakat Nelayan Terhadap Perubahan Iklim (Studi Kasus: Masyarakat Nelayan di Desa Wonokerto, Kabupaten Pekalongan)” yang ditulis oleh Wahyu Anggara, Djoko Suprayitno, dan Sucihatiningsih menunjukkan bagaimana komunitas nelayan di pesisir utara Jawa Tengah, khususnya Desa Wonokerto, Kabupaten Pekalongan, berjuang dan beradaptasi menghadapi dampak tersebut.

Ancaman Perubahan Iklim bagi Nelayan

Masyarakat nelayan adalah salah satu kelompok yang paling rentan terhadap perubahan iklim. Cuaca ekstrem, seperti gelombang tinggi dan angin kencang, membuat mereka tidak dapat melaut, mengurangi pendapatan, dan bahkan mengancam keselamatan. Selain itu, kenaikan muka air laut juga mengancam permukiman dan infrastruktur pesisir mereka. Situasi ini mendorong nelayan untuk mencari strategi adaptasi agar dapat bertahan hidup dan menjaga keberlanjutan mata pencarian mereka.

Strategi Adaptasi yang Dilakukan Masyarakat Nelayan

Penelitian ini mengidentifikasi beberapa strategi adaptasi yang dilakukan oleh masyarakat nelayan di Desa Wonokerto:

  1. Mengatur Ulang Jadwal Melaut: Ketika musim paceklik ikan atau cuaca buruk tiba, nelayan tidak bisa melaut secara rutin. Mereka beradaptasi dengan mengubah jadwal melaut menjadi lebih fleksibel, mencari informasi cuaca yang akurat, dan menunda keberangkatan jika kondisi tidak memungkinkan.
  2. Peralihan Mata Pencarian (Diversifikasi Pekerjaan): Jika kondisi laut terlalu ekstrem atau hasil tangkapan sangat minim, banyak nelayan beralih profesi sementara. Beberapa memilih menjadi buruh harian, pekerja bangunan, atau berdagang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga. Ini menunjukkan kemampuan mereka untuk mencari alternatif ekonomi saat pekerjaan utama terhambat.
  3. Memanfaatkan Teknologi dan Informasi: Nelayan semakin mengandalkan teknologi dan informasi cuaca dari BMKG atau sesama nelayan. Informasi ini sangat penting untuk membuat keputusan kapan harus melaut dan ke mana arah yang aman.
  4. Kearifan Lokal dan Jaringan Sosial: Tradisi dan kearifan lokal dalam melaut, serta jaringan sosial yang kuat antar nelayan, juga menjadi modal penting dalam menghadapi perubahan iklim. Mereka saling membantu, berbagi informasi, dan terkadang juga modal.

Faktor Pendorong Adaptasi

Keberhasilan adaptasi masyarakat nelayan tidak terlepas dari beberapa faktor pendorong, di antaranya:

  • Tingkat Pengetahuan dan Pengalaman: Nelayan dengan pengalaman melaut yang lebih lama cenderung memiliki pemahaman yang lebih baik tentang tanda-tanda alam dan cara beradaptasi.
  • Akses Informasi: Ketersediaan informasi cuaca dan pasar sangat memengaruhi keputusan dan strategi adaptasi mereka.
  • Modal Sosial dan Ekonomi: Dukungan dari komunitas, keluarga, serta akses terhadap modal finansial menjadi penopang saat kondisi sulit.

Kesimpulan

Jurnal ini menyimpulkan bahwa masyarakat nelayan di Desa Wonokerto, Kabupaten Pekalongan, menunjukkan tingkat adaptasi yang tinggi terhadap perubahan iklim. Strategi yang mereka terapkan, baik secara individu maupun kolektif, mencerminkan ketahanan dan kreativitas mereka dalam menghadapi kondisi lingkungan yang tidak menentu. Pemahaman terhadap strategi adaptasi ini penting bagi pemerintah dan pihak terkait untuk merumuskan kebijakan yang lebih efektif dalam mendukung keberlanjutan kehidupan masyarakat pesisir di tengah tantangan perubahan iklim global.


Akses Jurnal Lengkap

Untuk membaca artikel selengkapnya, Anda dapat mengunjungi tautan berikut:

https://journals.ums.ac.id/fg/article/view/4826

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *