Kerajaan Maritim Sriwijaya

Kerajaan Sriwijaya (berpusat di sekitar Palembang, Sumatera Selatan) dikenal sebagai salah satu kerajaan Buddha terbesar di Asia Tenggara. Masa kejayaannya membentang dari abad ke-7 hingga abad ke-13 Masehi.

A. Sumber Sejarah dan Letak Geografis

  • Sumber Utama: Mayoritas informasi Sriwijaya berasal dari prasasti-prasasti berbahasa Melayu Kuno dan beraksara Pallawa, seperti:
    • Prasasti Kedukan Bukit (683 M): Catatan paling awal mengenai penaklukan dan perluasan wilayah.
    • Prasasti Talang Tuwo (684 M): Berisi doa dan pembangunan taman Srikshetra.
    • Prasasti Kota Kapur (686 M): Berisi kutukan bagi musuh Sriwijaya, ditemukan di Pulau Bangka, menunjukkan kekuasaan maritimnya.
  • Pusat Kekuatan: Sriwijaya berpusat di muara Sungai Musi, Palembang, sebuah lokasi strategis di jalur pelayaran internasional antara India dan Tiongkok.

B. Kehidupan Politik dan Kekuatan Maritim

  1. Ekspansi dan Dominasi: Raja-raja awal, seperti Dapunta Hyang Sri Jayanasa, melakukan ekspansi militer yang cepat, menguasai jalur perdagangan penting seperti Selat Malaka, Selat Sunda, dan wilayah Melayu (semenanjung Malaysia).
  2. Thalassokrasi (Kekuasaan Laut): Sriwijaya mengandalkan kekuatan angkatan laut yang besar untuk:
    • Mengamankan jalur pelayaran dari perompak.
    • Menguasai pelabuhan-pelabuhan strategis, memaksa kapal dagang singgah dan membayar bea cukai.
    • Menjadi penguasa tunggal perdagangan di Asia Tenggara bagian barat.

C. Kehidupan Ekonomi: Perdagangan Internasional

  • Pusat Entrepot: Sriwijaya berfungsi sebagai pelabuhan transit (pusat entrepot) tempat komoditas dari Asia Barat (rempah-rempah) dan Asia Timur (sutra, keramik) bertemu.
  • Komoditas Utama: Lada, kapur barus, gading, dan emas menjadi komoditas penting yang diperdagangkan dari wilayahnya.
  • Sumber Kekayaan: Kekayaan utama kerajaan berasal dari pajak dan bea cukai yang dikenakan kepada kapal-kapal asing yang melintas.

D. Pusat Pendidikan dan Keagamaan Buddha

  • Ajaran Buddha Mahayana: Sriwijaya menjadi pusat penyebaran dan pembelajaran agama Buddha aliran Mahayana.
  • Peran Internasional: Kerajaan ini merupakan persinggahan penting bagi para biksu yang melakukan perjalanan dari Tiongkok ke India (atau sebaliknya).
  • Biksu Yijing: Seorang biksu Tiongkok yang tinggal di Sriwijaya pada abad ke-7 Masehi selama beberapa tahun untuk mempelajari tata bahasa Sanskerta dan Buddhisme sebelum melanjutkan perjalanannya ke Nalanda, India. Ia mencatat bahwa di Sriwijaya terdapat ribuan biksu dan menjadi “rumah ilmu” Buddhisme di kawasan ini.

E. Kemunduran Sriwijaya

Kemunduran Sriwijaya terjadi secara bertahap akibat beberapa faktor:

  • Serangan Eksternal: Serangan besar dari Raja Rajendra Chola (Dinasti Chola, India Selatan) pada abad ke-11 Masehi melemahkan kekuatan maritim dan kendali atas perdagangan.
  • Perubahan Jalur Perdagangan: Perkembangan kerajaan-kerajaan lain dan perubahan rute pelayaran mengurangi dominasi Sriwijaya di Selat Malaka.
  • Munculnya Kerajaan Islam: Masuknya Islam di Sumatera bagian utara (Aceh) dan kemudian berkembangnya kerajaan-kerajaan baru melemahkan hegemoni Sriwijaya.

Pembahasan selanjutnya harus mencakup rival dan penerus peradaban Sriwijaya, yaitu Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Tengah yang terkenal dengan peninggalan Candi Borobudur dan Prambanan, serta Kerajaan Majapahit yang menjadi puncak Masa Klasik.


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *