Bab ini membedah dua aspek utama reaksi anorganik: Termodinamika (mengapa reaksi terjadi, spontanitas) dan Kinetika (seberapa cepat reaksi terjadi, mekanisme).
1. Termodinamika Anorganik: Spontanitas Reaksi
Termodinamika menentukan apakah suatu proses kimia mungkin terjadi pada kondisi tertentu.
1.1 Energi Bebas Gibbs ($\Delta G$)
Kriteria utama untuk spontanitas reaksi pada suhu dan tekanan konstan adalah perubahan Energi Bebas Gibbs ($\Delta G$):
$$\Delta G = \Delta H – T\Delta S$$
- $\Delta G < 0$ (negatif): Reaksi spontan (dapat terjadi).
- $\Delta G > 0$ (positif): Reaksi non-spontan (memerlukan energi dari luar).
- $\Delta G = 0$: Reaksi berada dalam kesetimbangan.
| Kondisi ฮH dan ฮS | Spontanitas (ฮG) | Keterangan |
| $\Delta H < 0$ dan $\Delta S > 0$ | Selalu Spontan ($\Delta G < 0$) | Didorong oleh entalpi (eksoterm) dan entropi (peningkatan ketidakrapian). |
| $\Delta H > 0$ dan $\Delta S < 0$ | Tidak Spontan ($\Delta G > 0$) | Tidak disukai secara termodinamika. |
| $\Delta H < 0$ dan $\Delta S < 0$ | Spontan pada Suhu Rendah | Entalpi menang pada $T$ kecil. |
| $\Delta H > 0$ dan $\Delta S > 0$ | Spontan pada Suhu Tinggi | Entropi menang pada $T$ besar. |
1.2 Termodinamika Redoks: Potensial Sel
Dalam reaksi anorganik yang melibatkan transfer elektron (Redoks), spontanitas diukur menggunakan Potensial Reduksi Standar ($E^\circ$).
- Hubungan dengan $\Delta G$:$$\Delta G^\circ = -nFE^\circ$$Di mana $n$ adalah jumlah mol elektron yang ditransfer dan $F$ adalah konstanta Faraday ($96.485 \text{ C/mol}$).
- Implikasi: Karena $\Delta G^\circ$ dan $E^\circ$ berlawanan tanda, reaksi redoks akan spontan jika $E_{sel}^\circ$ bernilai positif. Potensial ini sangat penting untuk memprediksi stabilitas ion logam pada berbagai bilangan oksidasi.
1.3 Termodinamika Padatan Ionik: Energi Kisi
Konsep termodinamika diterapkan pada kestabilan senyawa ionik melalui Energi Kisi ($U$).
- Siklus Born-Haber: Untuk menghitung energi kisi ($U$) dari padatan ionik (misalnya $\text{NaCl}$), digunakan siklus termodinamika yang mengaitkan $U$ dengan data yang dapat diukur:$$\Delta H_{f}^\circ (\text{MX}) = \Delta H_{sub} (\text{M}) + \text{IE} (\text{M}) + \frac{1}{2} \Delta H_{diss} (\text{X}_2) + \text{EA} (\text{X}) + U$$(di mana $\Delta H_{f}^\circ$ adalah entalpi pembentukan, $\Delta H_{sub}$ sublimasi, $\text{IE}$ energi ionisasi, $\Delta H_{diss}$ disosiasi, dan $\text{EA}$ afinitas elektron).
- Persamaan Kapustinskii: Persamaan ini memungkinkan estimasi Energi Kisi dengan cepat berdasarkan muatan ion ($z_+$ dan $z_-$) dan jari-jari ion ($r_+$ dan $r_-$), menunjukkan bahwa muatan tinggi dan jari-jari kecil meningkatkan $U$ dan stabilitas.
2. Kinetika Anorganik: Laju dan Mekanisme Reaksi
Kinetika mengabaikan spontanitas dan hanya berfokus pada kecepatan suatu reaksi. Reaksi yang sangat spontan ($\Delta G$ sangat negatif) mungkin sangat lambat (kinetikanya buruk).
2.1 Laju dan Hukum Laju
Laju reaksi anorganik sering bergantung pada konsentrasi reaktan dan suhu, dijelaskan melalui hukum laju:
$$\text{Laju} = k [\text{A}]^x [\text{B}]^y$$
- Konstanta Laju ($k$): Bergantung pada energi aktivasi ($E_a$) dan suhu ($T$)โdijelaskan oleh Persamaan Arrhenius.
- Energi Aktivasi ($E_a$): Energi minimum yang diperlukan agar reaksi dapat berlangsung. Semakin tinggi $E_a$, semakin lambat laju reaksi.
2.2 Kinetika Senyawa Koordinasi (Substitusi Ligan)
Kinetika sangat krusial dalam memahami reaktivitas kompleks logam transisi.
- Stabilitas (Termodinamika) vs. Labilitas (Kinetika):
- Stabil: Kompleks yang memiliki $K_{f}$ (konstanta pembentukan) besar dan $\Delta G$ negatif.
- Labil: Kompleks yang mengalami substitusi ligan dengan cepat (laju reaksi cepat).
- Inert (Tidak Labil): Kompleks yang mengalami substitusi ligan dengan sangat lambat.
- Mekanisme Substitusi Ligan (Khusus Oktahedral):
- Mekanisme Disosiatif (D): Langkah penentu laju adalah putusnya ikatan ligan yang meninggalkan atom pusat, menghasilkan zat antara dengan bilangan koordinasi yang lebih rendah.$$\text{Laju} = k [\text{Kompleks}]$$
- Mekanisme Asosiatif (A): Langkah penentu laju adalah pembentukan ikatan dengan ligan yang masuk, menghasilkan zat antara dengan bilangan koordinasi yang lebih tinggi.$$\text{Laju} = k [\text{Kompleks}][\text{Ligan Masuk}]$$
- Mekanisme Pertukaran (I): Pertukaran ligan terjadi serempak dalam keadaan transisi. Dibagi menjadi $I_d$ (lebih disosiatif) dan $I_a$ (lebih asosiatif).
2.3 Katalisis Anorganik
Logam transisi adalah katalis yang paling efektif karena kemampuannya berganti bilangan oksidasi dan membentuk kompleks sementara.
- Katalisis Homogen: Katalis dan reaktan dalam fase yang sama (cair).
- Contoh: Katalis Wilkinson $\text{Rh}(\text{PPh}_3)_3\text{Cl}$ untuk hidrogenasi alkena. Mekanisme melibatkan langkah-langkah koordinasi, adisisi oksidatif (peningkatan bilangan oksidasi logam), dan eliminasi reduktif (penurunan bilangan oksidasi logam).
- Katalisis Heterogen: Katalis dan reaktan dalam fase berbeda (padat/gas).
- Contoh: Katalis $\text{Fe}$ dalam proses Haber-Bosch. Reaksi terjadi pada permukaan katalis padat, melibatkan adsorpsi dan desorpsi.
Kesimpulan Hubungan Kinetika dan Termodinamika
Kedua cabang ini saling melengkapi:
| Aspek | Termodinamika | Kinetika |
| Fokus Pertanyaan | Apakah mungkin? (Spontanitas) | Seberapa cepat? (Laju) |
| Kuantitas Kunci | $\Delta G, E^\circ$ | $E_a$, $k$ (konstanta laju) |
| Prediksi | Kesetimbangan produk/reaktan | Mekanisme dan hambatan energi |
Suatu reaksi harus spontan (secara termodinamika) dan memiliki energi aktivasi rendah (secara kinetika) untuk menjadi reaksi yang layak secara praktis.

Leave a Reply