Ancaman Individualisme di Tengah Kemajuan Teknologi
Bermain adalah kebutuhan utama dan peristiwa hidup yang sangat digemari oleh anak-anak. Namun, kemajuan teknologi telah membawa pergeseran signifikan dalam cara anak-anak bermain. Permainan tradisional yang mengandalkan aktivitas fisik dan interaksi berkelompok kini beralih ke bentuk permainan elektronik seperti play station.
Fenomena ini membawa konsekuensi serius: anak-anak cenderung menjadi pasif, bergerak terbatas , dan yang paling mengkhawatirkan, mereka memiliki interaksi yang minim atau bahkan kehilangan komunikasi dengan teman sebaya. Jika tidak diatasi, hal ini dikhawatirkan akan membentuk anak menjadi pribadi yang individualistis di masa depan.
Kekuatan Permainan dalam Membentuk Karakter Sosial
Jurnal yang ditulis oleh Nurhayati Simatupang menekankan bahwa bermain yang terprogram dengan baik adalah upaya dini yang paling efektif untuk menanamkan aspek sosial. Bermain memberikan pengalaman belajar yang berguna bagi perkembangan seluruh aspek anak, termasuk aspek sosial.
Nilai-nilai Sosial yang Tertanam Melalui Bermain Kelompok:
- Kepatuhan dan Tanggung Jawab: Anak dilatih untuk tunduk pada peraturan yang disepakati bersama agar permainan berjalan lancar.
- Kerja Sama dan Solidaritas: Permainan beregu melatih anak untuk mencapai tujuan bersama, menyadari pentingnya kekompakan, dan berkolaborasi.
- Sportivitas: Anak belajar mengakui keunggulan lawan, menyadari kekurangan diri, dan mengendalikan emosi.
- Keakraban: Permainan dapat menembus tembok pemisah (status sosial, agama) dan memupuk pendekatan sosial antar individu maupun kelompok.
Peran Sentral Guru Pendidikan Jasmani
Untuk menanggulangi dampak negatif permainan individualistis, Guru Pendidikan Jasmani (PJ) dipandang sebagai motor penggerak utama dalam perubahan dan pengembangan aspek sosial anak. Guru PJ harus menyusun program kegiatan bermain secara sistematis dan tepat sasaran.
Strategi Kreatif Guru PJ:
- Mengintegrasikan Aspek Sosial: Guru harus dengan jeli menyelipkan aspek sosial di antara materi pelajaran.
- Permainan Inovatif: Menciptakan permainan yang menuntut strategi dan kerjasama tinggi, seperti permainan lari jarak pendek berbasis kelompok.
- Aktivitas Gotong Royong: Memanfaatkan kegiatan gotong royong, seperti membersihkan sampah sebelum pelajaran dimulai, untuk menumbuhkan sikap kerja sama dan menyadari bahwa tidak ada perbedaan status sosial dalam menjaga kebersihan.
Pada akhirnya, pengembangan aspek sosial yang dilakukan sejak dini secara langsung maupun tidak langsung akan menjadi modal bagi siswa untuk bersikap jujur, terbuka, dan mampu bekerja sama, yang pada akhirnya akan menetap hingga dewasa.
Sumber Jurnal Asli: Kunjungi Jurnal Asli

Leave a Reply