Artikel ini merangkum hasil penelitian yang dimuat dalam Jurnal Inovasi Pendidikan IPA (Vol. 4, No. 2, 2018) berjudul “Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa Sekolah Menengah Atas” oleh Ade Elvanisi, Saleh Hidayat, dan Etty Nurmala Fadillah. Penelitian ini bertujuan mengukur sejauh mana penguasaan Keterampilan Proses Sains (KPS) pada siswa SMA di dua wilayah di Palembang, yakni Kecamatan Bukit Kecil dan Ilir Barat I.


๐ŸŽฏ Fokus Penelitian dan Metode

Keterampilan Proses Sains (KPS) adalah kemampuan dasar yang sangat penting dalam pembelajaran IPA, karena mencakup keahlian kognitif dan manipulatif yang digunakan para ilmuwan untuk menyelidiki suatu masalah. Penguasaan KPS menjadi indikator penting keberhasilan siswa dalam memahami konsep-konsep ilmiah.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan populasi siswa SMA terakreditasi A di kedua kecamatan. Sampel penelitian melibatkan 335 siswa yang diambil menggunakan teknik Purposive Sampling. Instrumen yang digunakan adalah tes berbentuk pilihan ganda beralasan (reasoned multiple choice) yang mencakup tujuh indikator KPS: mengamati, mengelompokkan, menafsirkan, meramalkan, merumuskan hipotesis, merencanakan percobaan, dan mengkomunikasikan.


๐Ÿ“Š Hasil Penguasaan Keterampilan Proses Sains

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum, tingkat penguasaan KPS siswa di kedua wilayah berada dalam kategori sedang. Namun, terdapat perbedaan signifikan antara keterampilan dasar dan keterampilan yang lebih terintegrasi.

Indikator KPSKec. Bukit Kecil (%)Kec. Ilir Barat I (%)Kategori KPS
Mengamati68,18%75,98%Dasar
Mengelompokkan66,29%77,21%Dasar
Meramalkan73,48%75,43%Dasar/Terintegrasi
Menafsirkan61,74%62,43%Dasar/Terintegrasi
Mengkomunikasikan51,89%49,03%Terintegrasi
Merencanakan Percobaan43,94%53,72%Terintegrasi
Merumuskan Hipotesis42,04%49,31%Terintegrasi

Poin Kunci Temuan:

  1. Keterampilan Dasar Cenderung Baik: Siswa menunjukkan penguasaan yang cukup baik pada keterampilan dasar seperti Mengamati dan Meramalkan, dengan persentase di atas 70% di Kecamatan Ilir Barat I.
  2. Keterampilan Terintegrasi Lemah: Penguasaan terendah berada pada indikator Merumuskan Hipotesis (42,04% dan 49,31%) dan Merencanakan Percobaan (43,94%). Kedua keterampilan ini termasuk dalam KPS terintegrasi yang menuntut siswa untuk berpikir tingkat tinggi, menggabungkan beberapa keterampilan dasar, serta menerapkan pemahaman konseptual.

๐Ÿ’ก Implikasi dan Rekomendasi

Tingkat penguasaan yang rendah pada keterampilan terintegrasi mengindikasikan bahwa proses pembelajaran IPA di sekolah-sekolah tersebut masih perlu ditingkatkan, khususnya dalam praktik yang melatih berpikir kritis dan ilmiah. Pembelajaran di kelas mungkin masih didominasi oleh metode ceramah atau pembuktian, daripada metode inkuiri yang menantang siswa untuk merancang eksperimen dan membuat dugaan awal (hipotesis).

Para peneliti menyarankan agar guru IPA mulai mengintegrasikan model-model pembelajaran yang berbasis inkuiri, seperti Guided Inquiry atau Discovery Learning, yang secara eksplisit dapat melatih siswa dalam merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, dan merancang prosedur eksperimen secara mandiri. Hal ini krusial untuk menghasilkan lulusan SMA yang tidak hanya menguasai konsep, tetapi juga memiliki kemampuan untuk berproses secara ilmiah.


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *