Reformasi Protestan adalah gerakan besar di Eropa Barat yang bermula sebagai upaya untuk mereformasi doktrin dan praktik Gereja Katolik Roma, namun berakhir dengan pecahnya Kekristenan Barat menjadi berbagai denominasi.
2.1 Latar Belakang dan Penyebab
Sebelum tahun $1517$ M, Gereja Katolik adalah satu-satunya institusi keagamaan yang dominan di Eropa Barat. Namun, beberapa faktor memicu ketidakpuasan:
- Korupsi Gerejawi: Adanya praktik Simoni (jual beli jabatan gereja) dan gaya hidup mewah para petinggi gereja yang dianggap menyimpang dari ajaran kemiskinan Yesus.
- Penjualan Indulgensi: Gereja menjual “surat pengampunan dosa” untuk mendanai pembangunan Basilika Santo Petrus di Roma. Rakyat diajarkan bahwa dengan membeli surat ini, mereka atau keluarga mereka bisa lepas dari siksa api penyucian (purgatory).
- Pengaruh Humanisme: Semangat Renaisans mendorong orang untuk membaca Alkitab sendiri dalam bahasa asli (Yunani/Ibrani) daripada hanya mengandalkan interpretasi Gereja.
- Mesin Cetak Gutenberg: Memungkinkan ide-ide kritis dan Alkitab menyebar dengan cepat ke tangan masyarakat umum dalam bahasa sehari-hari (bukan hanya Latin).
2.2 Tokoh Kunci dan Jalannya Reformasi
A. Martin Luther (Jerman)
- Tahun 1517 M: Luther, seorang biarawan Jerman, memaku 95 Tesis di pintu Gereja Kastil Wittenberg. Isinya terutama menentang penjualan indulgensi.
- Prinsip Utama:
- Sola Fide (Hanya Iman): Keselamatan didapat melalui iman, bukan amal atau ritual.
- Sola Scriptura (Hanya Kitab Suci): Alkitab adalah otoritas tertinggi, bukan Paus.
- Tahun 1521 M (Diet of Worms): Luther dipanggil ke hadapan Kaisar Romawi Suci, Charles V, untuk mencabut ajarannya. Ia menolak, dinyatakan sebagai pelanggar hukum, namun dilindungi oleh bangsawan Jerman. Luther kemudian menerjemahkan Alkitab ke bahasa Jerman.
B. John Calvin (Swiss/Prancis)
- Ajaran: Menekankan pada Predestinasiโkeyakinan bahwa Tuhan telah menentukan sejak awal siapa yang akan selamat dan siapa yang tidak.
- Dampak: Ajarannya membentuk etos kerja yang kuat (Etos Kerja Protestan) dan menyebar ke Belanda, Skotlandia (Presbiterian), dan Prancis (Huguenot).
C. Raja Henry VIII (Inggris)
- Tahun 1534 M (Act of Supremacy): Berbeda dengan Luther, motif Henry lebih bersifat politik. Ia memisahkan Gereja Inggris dari Roma karena Paus menolak membatalkan pernikahannya dengan Catherine dari Aragon. Ia mengangkat dirinya sebagai kepala tertinggi Gereja Anglikan.
2.3 Konflik dan Perang Agama
Reformasi tidak berjalan damai. Eropa terbelah menjadi kubu Katolik dan Protestan, yang memicu rangkaian perang berdarah selama lebih dari seabad:
- Perang Petani Jerman (1524โ1525 M): Pemberontakan rakyat yang terinspirasi oleh ide kebebasan Luther, namun kemudian ditentang oleh Luther sendiri demi stabilitas politik.
- Perang 30 Tahun (1618โ1648 M): Konflik paling dahsyat di Eropa Tengah (terutama wilayah Jerman modern). Awalnya adalah perang agama antara Protestan dan Katolik, namun berubah menjadi perang perebutan kekuasaan politik antar kekuatan besar Eropa.
- Perjanjian Westphalia (1648 M): Mengakhiri Perang 30 Tahun dan menetapkan prinsip Cuius regio, eius religio (agama penguasa adalah agama wilayahnya). Ini menandai lahirnya sistem negara berdaulat modern.
2.4 Kontra-Reformasi (Reformasi Katolik)
Gereja Katolik merespons dengan melakukan perbaikan internal melalui Konsili Trent (1545โ1563 M):
- Menghapus praktik jual beli jabatan dan membatasi indulgensi.
- Menegaskan kembali doktrin tradisional dan otoritas Paus.
- Mendirikan Ordo Jesuit (Society of Jesus) oleh Ignatius Loyola untuk menyebarkan Katolik ke seluruh dunia melalui pendidikan dan misi (termasuk ke Asia dan Amerika).
2.5 Dampak Jangka Panjang
- Berakhirnya Kesatuan Keagamaan: Eropa Barat tidak lagi bersatu di bawah satu gereja.
- Peningkatan Literasi: Karena Protestan mewajibkan umat membaca Alkitab sendiri, sekolah-sekolah mulai didirikan di mana-mana.
- Penguatan Negara: Kekuasaan politik berpindah dari Gereja ke tangan raja-raja nasional.
- Kebebasan Berpikir: Meskipun awalnya keras, persaingan antar sekte agama lambat laun melahirkan konsep toleransi beragama di masa depan.

Leave a Reply