Mutu pendidikan memegang peranan krusial dalam evolusi ekonomi dan pembangunan sosial suatu negara. Artikel yang berjudul “Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan di Sekolah Menengah Pertama dan Permasalahannya” ini secara khusus mengupas strategi sekolah dalam mencapai mutu pendidikan yang diinginkan, serta tantangan nyata yang mereka hadapi di lapangan.
Tujuan dan Metode Penelitian
Tujuan utama penelitian ini adalah menggali secara mendalam berbagai upaya yang dilakukan Sekolah Menengah Pertama (SMP) untuk meningkatkan mutu pendidikan dan mengidentifikasi permasalahan spesifik yang menjadi penghambat.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan strategi multi-kasus. Lokasi penelitian dipilih secara strategis, yaitu tiga SMP di Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi, yang mewakili wilayah pinggiran, semi-kota, dan kota. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam semi terstruktur kepada kepala sekolah dan guru, serta didukung dengan observasi tidak terstruktur dan triangulasi teknik untuk menjamin keabsahan data.
Upaya Sekolah dalam Peningkatan Mutu
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga sekolah, terlepas dari lokasi geografisnya, telah berupaya keras untuk meningkatkan mutu pendidikan. Target mutu yang ingin dicapai setiap sekolah bervariasi, namun umumnya berfokus pada peningkatan daya saing sekolah melalui prestasi akademik siswa yang tinggi. Upaya ini dilakukan sebagai respons terhadap kebutuhan daerah dan tuntutan standar pendidikan nasional.
Permasalahan Kunci yang Menghambat Mutu
Meskipun terdapat upaya peningkatan, semua sekolah, khususnya yang berada di daerah pinggiran dan semi-kota, menghadapi kendala serius yang menghambat pencapaian mutu yang ditargetkan. Permasalahan ini meliputi tiga aspek utama:
1. Permasalahan Guru dan Komitmen Kerja
- Kekurangan Guru: Jumlah guru di sekolah masih belum memadai, yang menyebabkan beban mengajar yang berat atau kekosongan pada mata pelajaran tertentu.
- Rendahnya Disiplin Kerja: Ditemukan permasalahan terkait komitmen dan disiplin kerja guru yang rendah. Beberapa guru dilaporkan tidak hadir atau hadir tidak sesuai jadwal, yang memaksa kepala sekolah mengambil alih tugas mengajar, dan pada akhirnya mengakibatkan proses pembelajaran menjadi tidak maksimal.
2. Keterbatasan Sarana dan Prasarana
- Infrastruktur Tidak Memadai: Sekolah di daerah pinggiran dan semi-kota secara khusus masih terkendala pada sarana dan prasarana yang belum memadai. Keterbatasan ini membatasi kegiatan ekstrakurikuler dan menghambat proses pembelajaran yang efektif.
3. Keterbatasan Pendanaan Pendidikan
- Dana Belum Mencukupi: Sekolah menghadapi kendala pendanaan pendidikan yang belum mencukupi. Hal ini membatasi inisiatif sekolah dalam menyediakan fasilitas yang lebih baik atau mengadakan program pengembangan yang lebih intensif.
Kesimpulan dan Implikasi
Jurnal ini menyimpulkan bahwa meskipun SMP di Tana Toraja telah berusaha keras meningkatkan mutu, tantangan struktural dan manajerial masih menjadi batu sandungan. Permasalahan terkait kuantitas dan kualitas (disiplin) guru, minimnya sarana dan prasarana, serta keterbatasan dana merupakan faktor penghambat utama dalam mencapai standar mutu pendidikan yang diharapkan.
Peningkatan mutu pendidikan memerlukan tidak hanya target yang ambisius dari pihak sekolah, tetapi juga dukungan sistemik yang komprehensif, termasuk pemenuhan sumber daya manusia (guru) yang berkualitas dan disiplin, serta alokasi anggaran dan fasilitas yang memadai.

Leave a Reply