Dalam konteks pendidikan, kreativitas dianggap sebagai salah satu aspek penting yang dapat membantu siswa menghadapi masalah secara efektif dan etis. Kreativitas berawal dari rasa ingin tahu alami dan keterbukaan individu saat mengeksplorasi dunia di sekitarnya. Pendidikan yang baik harus mampu merangsang siswa untuk mengembangkan kreativitasnya.
Terdapat korelasi signifikan antara model pembelajaran dengan pengembangan kreativitas, serta korelasi positif antara kreativitas dan kemampuan membaca. Kreativitas juga didukung oleh faktor-faktor non-kognitif, seperti motivasi, kepribadian, dan sikap kreatif. Beberapa ciri kreativitas meliputi:
- Ciri-ciri Kognitif: Kelancaran berpikir (mencetuskan banyak gagasan), keluwesan (melihat masalah dari berbagai sudut pandang), orisinalitas (melahirkan ungkapan baru dan unik), elaborasi (mengembangkan gagasan secara detail), dan keterampilan menilai (menentukan standar penilaian sendiri).
- Ciri-ciri Non-Kognitif: Rasa ingin tahu yang tinggi, imajinatif, tertantang oleh kemajemukan (tertarik pada tugas sulit), berani mengambil risiko, dan saling menghargai.
Penelitian menunjukkan bahwa siswa sekolah dasar (SD) memiliki rasa ingin tahu, tanggap terhadap masalah, dan minat untuk memahami fenomena secara bermakna. Bermain merupakan salah satu cara yang dapat menstimulus imajinasi dan kreativitas anak.
Beberapa faktor dan kondisi yang mempengaruhi kreativitas anak meliputi:
- Faktor-faktor: jenis kelamin (anak laki-laki cenderung lebih kreatif, sebagian karena perbedaan perlakuan), status sosial-ekonomi (anak dari kelompok ekonomi lebih tinggi cenderung lebih kreatif), urutan kelahiran (anak tengah atau bungsu mungkin lebih kreatif daripada anak sulung), lingkungan (anak kota cenderung lebih kreatif daripada anak pedesaan), inteligensi (anak yang lebih pintar menunjukkan kreativitas lebih besar), dan kondisi keluarga (anak dari keluarga kecil lebih kreatif daripada keluarga besar).
- Kondisi yang Mendukung: waktu luang, kesempatan untuk menyendiri, dorongan, ketersediaan sarana, lingkungan yang merangsang, hubungan orang tua-anak yang tidak posesif, cara mendidik yang demokratis dan permisif, serta kesempatan untuk memperoleh pengetahuan yang luas.
Penelitian yang dilakukan melalui tinjauan literatur dan studi kasus pada mahasiswa bimbingan skripsi UPI Kampus Purwakarta menemukan bahwa:
Siswa dengan kesulitan membaca memiliki karakteristik kreativitas yang rendah, yang dipengaruhi oleh komitmen yang kurang, kurangnya motivasi, dan rendahnya kepercayaan diri. Guru yang tidak sabar juga dapat menghambat perkembangan kreativitas.
Banyak sekolah cenderung menggunakan metode ceramah yang monoton, yang kurang menstimulus kreativitas siswa.
Metode pembelajaran seperti brainstorming dapat mendorong siswa untuk memunculkan ide-ide baru dalam kelompok.
Pendekatan seperti Pendidikan Matematika Realistik (PMR) juga terbukti mampu mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa, karena memungkinkan mereka menemukan konsep sendiri.
Dalam pembelajaran sains, pendekatan yang berorientasi pada siswa (student-centered) dan menekankan pada pemecahan masalah lebih efektif dalam mengembangkan kreativitas daripada pembelajaran yang hanya bersifat reseptif atau meniru.
Sumber : https://jurnalnasional.ump.ac.id/index.php/PSYCHOIDEA/article/view/241
One response to “Pengenmbangan kreativitas pada siswa sekolah dasar”
Hi, this is a comment.
To get started with moderating, editing, and deleting comments, please visit the Comments screen in the dashboard.
Commenter avatars come from Gravatar.